Sunday, December 15, 2019

Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 15)

Oleh : HASBA
Sudah pernah diceritakan, kalau saya hampir menemui ajal, hampir meregang nyawa saat sebuah golok menyambar ke arah leher saya. Gangguan demi gangguan masih banyak lagi, tidak bisa diceritakan semua. Karena, akan membuat bosan para pembaca. Misalnya, ada yang pernah ditelanjangi tengah malam atau siang, ada yang ditarik dan disembunyikan selimutnya kemudian ditelanjani, sehingga pada waktu bangun kedinginan, selimut dan baju yang terbang di atas pemiliknya, ada yang kedua lengannya dimasukan ke dalam lobang lengan bajunya sehingga kedua lengannya tidak bisa bergerak. Ada juga yang dimasukkan ke dalam karung, kemudian lobang karunya dijahit seperti mengarungi beras. Santri yang sedang berdzikir, tasbihnya ditarik, Ada yang sedang bersujud, tubuhnya digulingkan sampai tak berkutik, atau ada juga santri sedang sujud tikarnya ditarik sehingga jadi tersungkur.
Yang belum diceritakan adalah banyaknya surat-surat dari jin yang bernama Siti Kolbuniyaah itu. Menulis suratnya di secarik kertas, dengan pensil merah. Pada awal mulanya surat tersebut, tulisannya bukan Bahasa Arab, entah bahasa atau tulisan apa yang dipakainya. Entah mungkin bahasa atau huruf di negeri Habsyi. Tulisannya curat-coret tidak bisa dimengerti, dengan ukuran hurup melebihi ukuran hurup di kita. Hanya, terpikir saja kalau carikan kertas dengan tulisan merah itu adalah sebuah surat. Jin itu menyimpan yang saya pikir surat itu di bawah bantal yang biasa saya gunakan untuk tidur atau di sarung bantal kecil untuk menancapkan jarum. Kadang-kadang malah, sarung bantal itu sendiri yang dijadikan korban, ditulisi dengan hurup dan bahasa “Alien” tersebut. Menjadikan sarung bantal jadi sangat kotor. Apa yang dituliskan, sama sekali tidak bisa ditangkap maknanya. Sehingga, semua carikan-carikan tersebut saya bakar. Di kemudian hari saya merasa menyesal, karena surat-surat tersebut bisa dijadikan bukti untuk penulisan kisah nyata ini. Surat-surat tersebut bisa dijadikan bukti otentik, adanya tulisan jin Siti Kolbuniyyah. Mungkin bisa dijadiakn bahan penelitian di chanel History dalam acara Ancient Alient, membuktikan keberadaan mahluk halus.
Diakibatkan surat-suratnya sering dibakar, ternyata pengganti kertas adalah sarung-sarung bantal. Mungkin agar, tidak dibakar atau maksudnya ingin agar tulisannya dijadikan perhatian dan dibaca oleh saya. Saya mengerti apa yang tertulis di carikan-carikan kertas itu bukan sekedar tulisan. Tapi, tulisan yang mengandung arti atau surat. Karena begitu seringnya tulisan tersebut muncul di berbagai tempat. Dugaan awal saya, mungkin jin itu mengajak berkomunikasi langsung. Mengajak berdamai atau ada yang ingin disampaikan jin itu kepada saya. Karena kesal, dengan kotornya sarung bantal yang selalu dicoreti jin itu, sehingga harus mencucinya berulang-ulang.
Akhirnya, saya menuliskan beberapa kalimat. Siapa tahu jin itu membalasnya. Kalimat yang saya tulis: “ Kalau curat-coret kamu di kertas yang dibakar adalah benar sebuah surat yang ditujukan kepada saya. Saya minta, kamu menulis dalam huruf latin atau hurup yang bisa dibaca oleh saya, manusia. Serta bahasa yang dipakai harus bahasa Sunda, karena saya adalah manusia Sunda!” Tidak sampai sepersekian detik, Entah darimana datangnya, Muncul sebuah jawaban di secarik kertas dengan tulisan pensil merah dengan memakai aksara Latin dalama bahasa Sunda. Tapi, ya ampuuun. Bahasa yang digunakan, bahasa kasar dan berbau porno. Malahan, makin ke sini, bahasa yang digunakan sangat jorok dan kotor. Mungkin dia merasa sudah sangat akrab. Bagaimana isi surat-surat tersebut, nanti di belakang diceritakan. Sekarang kita tunda dulu. Saya akan ceritakan, bagaimana upaya selanjutnya saya untuk mengusir jin tersebut, Kotak surat aau brievenbus yang dijadik tempat menyimpan surat oleh Nyai Siti Kolbuniyah adalah di bawah bantal saya. Saya biarkan sampai menumpuk berupa carikan-carikan kertas.
Saya selalu bertawakal kepada Allah SWT saking ingin bisa mengusir jin tersebut. Adalah percuma, sekalipun dia menyerah kalah tapi tidak minggat dari rumah saya. Tetap akan membuat berabe dan tidak nyaman dalam rumah saya. Membaca isi suratnya, yang sudah bisa dimengerti karena memakai hurup latin dan bahasa Sunda. Jin itu bercanda sangat keterlaluan. Saya, sudah kehabisan akal, bagaimana caranya menaklukkan dan mengusir jin kebandelan dan kejahilan jin tersebut. Sulitnya, jin itu selalu lebih unggul daripada orang pintar yang akan mengusirnya. Kiai dan Mak Paraji tidak ada yang berdaya. Menyerah karena kesaktian jin tersebut. Akhirnya, saya menyadari. Seharusnya saya hanya berpegang dan berharap kepada Allah SWT bukan kepada sesama mahluk. Secara pribadi saya bertekad akan melawan habis-habisa. Perang total dengan segala kemampuan diri yang ada untuk melawan jin itu sendiri. Tidak akan meminta bantuan kepada orang lain atau orang pintar lagi.
Bukan, karena tidak percaya dengan ilmu orang lain, bukan takabur. Bukan menolak bantuan sukarela dari mereka yang peduli dan menyayangi saya. Bukan karena sudah tidak ada lagi yang ingin membantu mengusir jin itu. Tapi murni ingin berusaha sendiri, dengan kemampuan diri sendiri. Tidak melibatkan orang lain. Karena, awal mula masalah itu muncul diakibatkan oleh saya. Saya sendirilah yang harus menyelesaikannya sendiri.
Entah berapa orang yang ingin membantu untuk mengusir jin tersebut, terpaksa pulang tanpa hasil. Rasa tidak enak di batin saya, menyeruak dengan sendirnya karena orang-orang yang ingin membantu selalu bertemu dengan kegagalan demi kegagalan. Budi baik mereka tidak bisa dibalas oleh saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk tawakaltu alallah. Lalu saya membaca lahaola walakuwwata dalam hati, batin berdzikir tanpa henti kepada yang Maha Kuasa. Meminta berkah dari Ayahanda, saking sudah banyaknya tenaga yang ingin membantu tapi selalu mubazir, belum ada yang berhasil.
Saya juga mengerti bahwa apa yang diusahakan belum diridhoi oleh Allah SWT. Sejak hari itu saya tidak pernah lagi mencari orang pintar untuk mengusir jin tersebut, sebab makin saya berusaha mendatangkan orang pintar. Jin tersebut sepertinya mencium apa yang saya lakukan. Jin itu makin menggila, dan melakukan hal-hal yang di luar batas bilsa dia mencium gelagat bahwa saya akan mengusirnya.
Saya bertekad akan berusaha sendiri dengan melakukan tirakat, karena sebelumnya pernah meminta orang pintar, yang sangat tinggi ilmunya. Dia berkata, “Tulis aja anu, do’a anu di atas bata mentah yang belum dibakar. Karena, ingin mengusir jin itu selamanya, walaupun susah mencari bata mentah yang disyaratkan oleh orang pintar tersebut. Namun, akhirnya didapatkan juga dari pabrik bata di Cirapuhan, Limbangan. Bata yang didapat dengan susah payah tersebut, di simpan dengan hati-hati. Bata mentah tersebut saya simpan di lemari pakaian di dalam kamar, lalu dikunci rapat. Khawatir ditemukan oleh anak-anak lalu malah dijadikan mainan. Namun, memasuki waktu magrib tiba, saat matahari tenggelam. Tiba-tiba, “DUAAAR!” Terdengar suara ledakan di depan rumah yang sangat memekakan telinga. Persis suara ledakan granat. Suara ledakan tersebut, sampai rumah saya terasa seperti bergoyang seperti terkena gempa, karena ledakan keras tersebut. Terdengar suara berderak perabotan rumah tangga yang beradu, lampu semua bergoyang. Saya, cepat-cepat berlari ke ruang tamu, dan melihat ke depan rumah. Karena sumber ledakan tersebut terdengar dari depan rumah. Ternyata, saat dilihat dan didekati di halaman rumah. Ternyata tampak hancuran bata mentah, bertebaran dan berserakan di sekitar pusat ledakan. Entah dibagaimanakan, bata mentah tersebut bisa hancur lebur. Bata mentah dari mana dan siapa yang meledakan bata tersebut sehingga saking kerasnya ledakannya sampai rumah terasa sampai bergetar hebat. Saya kembali masuk ke dalam rumah, setengah berlari masuk ke dalam kamar. Membuka kunci lemari, dan memeriksa bata mentah yang disimpan di bawah tumpukan baju. Ternyata, bata mentah yang didapat dengan susah payah tersebut. Telah raib. Di tempat bekas bata tersebut berada, hanya ada secarik kertas yang diparaf S.K. Bata mentah itu hilang, pasti dicuri oleh dia?
Oh, iya ada yang terlupakan sedikit yaitu saya seringkali kehilangan barang atau pakaian, apalagi uang sudah tak terhitung saking seringnya. Bila, di tempat dimana asalnya barang itu berada ada kertas bertuliskan S.K. sudah bisa dipastikan seratus persen barang, pakaian atau uang tersebut hilang karena diambil oleh jin itu. Barang yang hilang, saya lebih suka menyebutnya dicuri, krena diambil tanpa ijin. Dipastikan tidak akan kembali lagi, sudah dipastikan saya harus mengikhlaskan barang, pakaian atau uang yang hilang tersebut.
Harus ikhlas dan ridho, padahal sudah diteror, leher disambar golok tajam dan diganggu melebih batas, akhirnya harus ridho dan ikhlas juga barang atau uang hilang tanpa bekas dicuri jin itu. Malahan yang paling masih terasa sekarang, bau kotorannya yang dibuang di langit-langit rumah saat serangan pertamanya. Tidak ada barang, pakaian atau uang yang bisa lolos dari pencurian jin itu. Disimpan dimanapun pasti ditemukannya dan hilang tanpa bayangan. Dikunci sekuat apapun tetap raib dibawa ke alam gaib. Diganti dengan secarik kertas putih bertuliskan S.K.
Nah, sejak peristiwa ledakan dahsyat akibat bata mentah yang terdengar seperti ledakan granat. Menjadikan diri saya lebih kuat niat, untuk berupaya dan berpuasa lebi giat. Dalam kepedihan, kurang tidur dan kurang makan, karena berpuasa siang setiap hari saya mengaji diri meminta pertolongan kepada Allah.. Bangun malam untuk bertahajud setiap malam, mengharapkan rahmat dan hidayah dari Yang Maha Membolak-balikan hati semua makhluk agar ujian dan cobaan cepat berlalu.
Saya sudah memutuskan dan bertekan, apapun gangguan, kejahilan dan ancaman fisik dari jin tersebut tidak akan dianggap ada. Menurut bahasa anak-anak, mungkin dianggap “garing” karena tidak lucu. Saya berniat untuk berkonfrontasi langsung, melawan dengan upaya sendiri. Tidak meminta atau mengajak orang lain. Begitupun kepada para santri, saya himbau untuk tidak ketakutan bila diganggu atau dijahili oleh jin bengal tersebut.
Kejadian pernah sedang duduk bersila dan berdzikir, tiba-tiba seekor tikus mendekati. Kemudian masuk, ke dalam sarung yang dipakai. Tikus itu merayap di betis, kemudian naik ke paha, sampai mengarah ke selangkangan. Walaupun terasa geli dan jijik serta geregetan, hati saya tetap tidak putus mengingat kepada Allah. Berdzikir terus menyebut asma Allah, tidak terganggu. Akhirnya tikus tersebut menghilang dengan sendirinya.
Kejadian lain, bila kami sekeluarga sedang berkumpul di ruang tengah. Tiba-tiba muncul benda bulat mengkilat seperti kelereng bergerak hilir mudik, atau memutari seluruh ruangan. Tidak pernah kami hiraukan. Hasan dan Husen kedua anak saya pun, sudah dinasihati untuk tidak takut atau mengacuhkan kelereng tersebut. Akhirnya, karena tidak dihiraukan, benda bulat mengkilat tersebut raib dengan sendirinya.
Kejadian yang dulu paling ditakuti dan membuat semua orang lari tunggang langgang ketakutan adalab bila jin tersebut menakut-nakuti dengan lengan yang sangat besar dan berbulu seperti kawat berwarna hitam. Jari-jarinya yang sebesar tiang listrik dengan kuku hitam tajam seperti cakar sebesar pisang nangka, bergerak-gerak seolah mengancam akan mencengkram korbannya. Tidak dihiraukan oleh semua orang.
Walaupun dalam hati dan perasaan masing-masing ada rasa ngeri. Tapi disembunyikan dengan berlaku biasa saja seperti tidak ada apa-apa. Malahan bila muncul kejadian seperti itu, seperti dikomando, para santri atau orang-orang yang diganggu malah tertawa. Seolah melihat sandiwara lucu, yang dinantikan sebagai lawakan yang memancing tawa penonton.
DESSULAEMAN

No comments:

Post a Comment