Sunday, December 15, 2019

Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 18)


Oleh: HASBA

Allah Maha Rahman, Maha Rahim, setelah melakukan upaya sendiri berpuasa siang, mengurangi tidur di malam hari.  Doa saya, hanya satu, semoga jin itu bisa pergi dengan sendirinya. Tanpa merasa dirinya diusir oleh saya. Allah mengabulkan do’a yang diminta saya siang malam.  Isi surat tersebut, membuat saya mengucap syukur Alhamdulillah tidak henti. Dalam suratnya tersebut, jin cantik berpamitan dengan bahasa yang menunjukkan rasa cinta kasih, penuh asa asmara.  

Isi surat tersebut, setelah bagian yang kasar dan joroknya disensor.  Kira-kira sebagai berikut, “Habibi panutan hati ana.  Sebelumnya, ana minta diampuni jangan jadi noda di hati. Ana, kembali menulis surat bukan mempunyai maksud apapun. Ana hanya ingin berpamitan.  Semoga Habibie, memaafkan saya.  Di hari-hari terakhir ini hati Ana, mendadak teringat akan negeri Ana.  Ana rindu bertemu dengan Ayahanda Ana di Habsyi.  Ana mohon pamit sementara akan berpulang dulu ke negeri Ana. Ana, dipanggil oleh Ayahanda untuk kembali ke negeri Habsyi.  Ana sebenarnya, sangat betah di sini.  Karena, begitu banyak para ahli ibadah dan.... Ana sangat berat hati dengan Habibi.  Walaupun, Ana merasa seperti pungguk merindukan bulan.  Habibi tidak ada hati pada Ana, tapi Ana sangat menghormati dan menyayangi ustadz.  Sampai kapanpun, Ana akan tetap menunggu Habibi membuka hati untuk Ana.” Isi surat tersebut, ternyata lebih panjang dari biasanya. 

“Bila harapan Ana tidak sampai terkabul hari ini. Semoga kelak, semoga bisa terlaksana. Harapan Ana agar bisa menjadi seorang istri yang mengabdi pada Habibi denga sepenuh hati. Semoga Ana bisa menjadi habibah (kekasih hati) Ustadz.  Ana, pamit dahulu mau kembali ke negeri Habsyi. Bukan, pamit atau pulang untuk selamanya.  Hanya sementara saja wahai Habibi.  Ana, sudah memaafkan apa yang dilakukan Habibi terhadap suami Ana.  Ana tahu itu adalah satu ketidaksengajaan dan sudah menjadi takdir dari Allah. Tidak ada lagi dendam di hati Ana. Begitupun, Habibi jangan ada persangkaan buruk dan dendam kepada perbuatan Ana selama ini.  Mohon, Habibi meridhoi kepergian Ana dari sini.  Biarpun jauh di mata, tetapi akan tetap dekat di hati.  Hati Ana akan selalu mempunyai pintu yang akan selalu terbuka untuk Habibi.
Jiwa dan perasaan Ana, tidak akan bisa melupakan Habibi. Wahai, kekasih hati. Kita saling mendoakan ya. Semoga Habibi segera bisa berangkat ke Mekah.  Semoga kita bisa kembali segera bertemu di Mekah. Habibi, akan menjadi hiasan mata yang tidak akan hilang begitu saja di telan waktu.  Habibi, akan tetap di hati dibawa sampai ke negeri Habsyi. Ana doakan, semoga Habibi, selalu dalam keadaan sehat wal afiat.”  Kemudian, dalam suratnya jin itu mengakui perbuatannya mencuri barang, pakaian serta uang.

“Selain itu, Ana minta maaf dan mohon keikhlasan dari Habibi. Karena, ana telah mengambil barang, pakaian serta uang milik Ustadz. Bila, ada barang yang rusak, pecah, atau hancur karena tidak sengaja disenggol oleh anak buah dan bawahan Ana. Semoga Habibi, memaafkan perbuatan anak buah dan teman-teman Ana yang telah mengganggu, menggoda dan menjahili para santri dan orang-orang di sini.  Sekali lagi, mohon dimaafkan ya Habibi….”

“Uang yang Ana ambil dari celengan, dari lemari atau dari laci bukan untuk Ana.  Tapi ana infak shodaqohkan kepada mereka yang membutuhkan. Kebanyakan uang tersebut, ana berikan kepada muslim fakir miskin di Negeri Tartar. Walaupun, kita berbeda bangsa.  Tapi, mereka adalah saudara-saudara kita yang juga mengucapkan dua kalimah syahadat.  Tidak ada perbedaan suku bangsa dalam Islam, semua yang mengucapkan dua kalimah syahadat adalah semua teman-teman kita juga.  Wajib, kita bantu dan kita ringankan penderitaannya.  Jangan biarkan mereka kelaparan sementara kita berlimpah dengan kekayaan. Sesungguhnya, seluruh makhluk di muka bumi ini, yang seiman dengan kita, teguh memegang kalimah Lailahailallah Muhammadu Rosululloh adalah saudara seiman kita.”  Siti Kolbuniyah, membuktikan dirinya, jin pintar dalam bidang agama.  Isi surat tersebut begitu tinggi.  Mungkin, kita merasa lebih baik dari jin. Tapi, ternyata jin  mempunyai pemikiran yang jauh melebihi manusia dalam hal hubungan antar makhluk Allah, yang seiman.

“Mohon diikhlaskan kerudung milik istri Habibi, Ana akan simpan sebagai kenang-kenangan selama hayat di kandung badan.  Menjadi tanda mata, sehingga cinta Ana kepada Habibi tidak mati.  Sampai jumpa wahai Habibi, pujaan hati….sapu nyere pegat simpay, paturay patineung deui. Pileuleuyan jeujeur useup buat, kerenyed pakai ati...S.K.”

Isi surat dari Siti Kolbuniyah di atas hanyalah sebagian saja, karena banyak kalimat yang kotor, porno dan jorok yang mungkin menurut bahasa Jin, dianggap biasa saja.  Kalimat-kalimat tersebut saya sensor, karena sangat tidak pantas ditampilkan dalam kisah ini.  Khawatir, ada anak-anak di bawah umur yang membacanya kelak.  


Sewaktu membaca surat tersebut, saya hanya tersenyum lucu. Karena, membaca permintaan jin itu agar saya merelakan kepergiannya. Padahal, kepergiannya adalah yang saya minta dan harapkan, saya panjatkan setiap siang dan malam kepada Sang Maha Pencipta, setelah sujud-sujud panjang dan kosongnya perut saya agar jin itu segera dipulangkan ke negerinya tanpa merasa dirinya diusir.  Tapi, pulang atas keinginannya sendiri. (BERSAMBUNG)

DESSULAEMAN


No comments:

Post a Comment