Allah Maha Rahman, Maha Rahim, setelah melakukan upaya
sendiri berpuasa siang, mengurangi tidur di malam hari. Doa saya, hanya
satu, semoga jin itu bisa pergi dengan sendirinya. Tanpa merasa dirinya diusir
oleh saya. Allah mengabulkan do’a yang diminta saya siang malam. Isi
surat tersebut, membuat saya mengucap syukur Alhamdulillah tidak henti. Dalam
suratnya tersebut, jin cantik berpamitan dengan bahasa yang menunjukkan rasa
cinta kasih, penuh asa asmara.
Isi surat tersebut, setelah bagian yang kasar dan
joroknya disensor. Kira-kira sebagai berikut, “Habibi panutan hati
ana. Sebelumnya, ana minta diampuni
jangan jadi noda di hati. Ana, kembali menulis surat bukan mempunyai maksud
apapun. Ana hanya ingin berpamitan. Semoga Habibie, memaafkan saya. Di hari-hari terakhir ini hati Ana, mendadak
teringat akan negeri Ana. Ana rindu
bertemu dengan Ayahanda Ana di Habsyi.
Ana mohon pamit sementara akan berpulang dulu ke negeri Ana. Ana,
dipanggil oleh Ayahanda untuk kembali ke negeri Habsyi. Ana sebenarnya,
sangat betah di sini. Karena, begitu
banyak para ahli ibadah dan.... Ana sangat berat hati dengan Habibi. Walaupun, Ana merasa seperti pungguk
merindukan bulan. Habibi tidak ada hati
pada Ana, tapi Ana sangat menghormati dan menyayangi ustadz. Sampai kapanpun, Ana akan tetap menunggu
Habibi membuka hati untuk Ana.” Isi surat tersebut, ternyata lebih panjang dari
biasanya.
“Bila harapan Ana tidak sampai terkabul hari ini.
Semoga kelak, semoga bisa terlaksana. Harapan Ana agar bisa menjadi seorang
istri yang mengabdi pada Habibi denga sepenuh hati. Semoga Ana bisa menjadi
habibah (kekasih hati) Ustadz. Ana, pamit dahulu mau kembali ke negeri
Habsyi. Bukan, pamit atau pulang untuk selamanya. Hanya sementara saja wahai Habibi. Ana, sudah memaafkan apa yang dilakukan
Habibi terhadap suami Ana. Ana tahu itu
adalah satu ketidaksengajaan dan sudah menjadi takdir dari Allah. Tidak ada
lagi dendam di hati Ana. Begitupun, Habibi jangan ada persangkaan buruk dan dendam
kepada perbuatan Ana selama ini. Mohon, Habibi meridhoi kepergian Ana
dari sini. Biarpun jauh di mata, tetapi
akan tetap dekat di hati. Hati Ana akan
selalu mempunyai pintu yang akan selalu terbuka untuk Habibi.
Jiwa dan perasaan Ana, tidak akan bisa melupakan
Habibi. Wahai, kekasih hati. Kita saling mendoakan ya. Semoga Habibi segera
bisa berangkat ke Mekah. Semoga kita bisa kembali segera bertemu di
Mekah. Habibi, akan menjadi hiasan mata yang tidak akan hilang begitu saja di
telan waktu. Habibi, akan tetap di hati
dibawa sampai ke negeri Habsyi. Ana doakan, semoga Habibi, selalu dalam keadaan
sehat wal afiat.” Kemudian, dalam suratnya jin itu mengakui perbuatannya
mencuri barang, pakaian serta uang.
“Selain itu, Ana minta maaf dan mohon keikhlasan dari
Habibi. Karena, ana telah mengambil barang, pakaian serta uang milik Ustadz.
Bila, ada barang yang rusak, pecah, atau hancur karena tidak sengaja disenggol
oleh anak buah dan bawahan Ana. Semoga Habibi, memaafkan perbuatan anak buah
dan teman-teman Ana yang telah mengganggu, menggoda dan menjahili para santri
dan orang-orang di sini. Sekali lagi, mohon dimaafkan ya Habibi….”
“Uang yang Ana ambil dari celengan, dari lemari atau
dari laci bukan untuk Ana. Tapi ana infak shodaqohkan kepada mereka yang
membutuhkan. Kebanyakan uang tersebut, ana berikan
kepada muslim fakir miskin di Negeri Tartar. Walaupun, kita berbeda bangsa. Tapi, mereka adalah saudara-saudara kita yang
juga mengucapkan dua kalimah syahadat. Tidak ada perbedaan suku bangsa
dalam Islam, semua yang mengucapkan dua kalimah syahadat adalah semua teman-teman
kita juga. Wajib, kita bantu dan kita ringankan penderitaannya. Jangan biarkan mereka kelaparan sementara
kita berlimpah dengan kekayaan. Sesungguhnya, seluruh makhluk di muka bumi ini,
yang seiman dengan kita, teguh memegang kalimah Lailahailallah
Muhammadu Rosululloh adalah saudara seiman kita.” Siti Kolbuniyah,
membuktikan dirinya, jin pintar dalam bidang agama. Isi surat tersebut begitu tinggi. Mungkin, kita merasa lebih baik dari jin.
Tapi, ternyata jin mempunyai pemikiran
yang jauh melebihi manusia dalam hal hubungan antar makhluk Allah, yang seiman.
“Mohon diikhlaskan kerudung milik istri Habibi, Ana
akan simpan sebagai kenang-kenangan selama hayat di kandung badan.
Menjadi tanda mata, sehingga cinta Ana kepada Habibi tidak mati. Sampai jumpa wahai Habibi, pujaan hati….sapu
nyere pegat simpay, paturay patineung deui. Pileuleuyan jeujeur useup buat,
kerenyed pakai ati...S.K.”
Isi surat dari Siti Kolbuniyah di atas hanyalah
sebagian saja, karena banyak kalimat yang kotor, porno dan jorok yang mungkin
menurut bahasa Jin, dianggap biasa saja. Kalimat-kalimat tersebut saya
sensor, karena sangat tidak pantas ditampilkan dalam kisah ini. Khawatir, ada anak-anak di bawah umur yang
membacanya kelak.
Sewaktu membaca surat tersebut, saya hanya tersenyum
lucu. Karena, membaca permintaan jin itu agar saya merelakan kepergiannya.
Padahal, kepergiannya adalah yang saya minta dan harapkan, saya panjatkan
setiap siang dan malam kepada Sang Maha Pencipta, setelah sujud-sujud panjang
dan kosongnya perut saya agar jin itu segera dipulangkan ke negerinya tanpa
merasa dirinya diusir. Tapi, pulang atas keinginannya sendiri.
(BERSAMBUNG)
DESSULAEMAN
No comments:
Post a Comment