Oleh: HASBA
Diajak Nikah oleh Jin Siti Kolbuniyah
Ternyata dengan taktik yang baru ditemukan pada tahun
kelima setelah jin itu mengamuk, mendapatkan hasil yang cukup
menggembirakan. Ternyata bukan dengan senjata tajam, bukan dengan
cara mengadu ilmu. Ternyata cukup dengan tidak diacuhkan.
Dibiarkan dan tidak ditanggapi. Tidak ditakuti, sehingga jin itu merasa menang
dengan perilaku jahatnya. Soalnya bila dilawan dengan kasar, jin tersebut
malah makin menggila, makin berani bukannya takut. Bukannya pergi atau kabur
dari rumah saya. Tapi malah melawan
dengan lebih kasar. Lebih kasar dan lebih menggila tingkat kejahilan dari
sebelumnya.
Tapi, dengan cara diboikot dan membiarkan serta
tidak menanggapi apa yang dilakukan jin tersebut. Ternyata semangat jin
untuk menjahili, menakut-nakuti dan seolah mengancam jiwa saya jadi
berkurang. Malah jauh berkurang. Entah
mungkin bosan, atau merasa tidak diacuhkan jadi malu sendiri, Kalau di dunia manusia, tidak pernah memberi
kesan senang, takut atau panik. Tidak diberi senyuman, tidak pernah
ditanya, dibiarkan apa maunya. Bukan
dengan cara dilawan dengan kata-kata atau dilawan dengan kasat mata. Tapi harus tidak dipedulikan dan dibiarkan
semau-maunya dia. Jangan terkesan kita menanggapi apa yang dilakukannya.
Apapun yang dilakukannya dianggap tidak ada. Eksistensi jin itu dianggap tidak
ada, dianggap angin oleh semua.
Dengan jalan seperti itu jin tersebut merasa
sudah tidak laku lagi jualannya. Sudah tidak pengaruh apapun. Apapun yang dikerjakan untuk meneror,
menjahili, menakut-nakuti kami. Semua dianggap angin lalu. Jin tersebut
merasa hasilnya adalah NOL BESAR. Sia-sia belaka. Semua santri kompak, menuruti apa yang saya
lakukan, bahwa jangan pernah menunjukkan rasa takut terhadap kelakuan jin yang
menakut-nakuti mereka. Jin tersebut sepertinya sudah menyerah dan merasa
usahanya tidak memberi hasil apapun.
Santri mengatakan saat “dicuekin” jin tersebut jadi merasa malu sendiri,
jadi semua gangguan berhenti dengan sendirinya.
Bila santri menunjukkan rasa takut atau panik, dia malah senang. Karena
merasa disukai dan diperhatikan manusia.
Tidak memakan waktu yang terlalu lama, tanda-tanda
bahwa jin tersebut merasa sudah tidak lagi diperhatikan dan tidak lagi ditakuti
oleh semua penghuni pesantren. Jin tersebut makin sering mengirim surat yang diletakan di
bawah bantal saya. Surat-surat itu saya
baca, tapi tidak pernah diberi tanggapan apapun. Setelah dibaca lalu dibakar. Ternyata,
sekarang saya menyesal dengan pembakaran surat dari jin tersebut. Karena tidak
ada bukti untuk sekedar kenang-kenangan untuk kisah yang sekarang Anda baca.
Tidak saja dalam kehidupan manusia dalam kehidupan jin
pun sama saja. Tidak pada jin tidak pada manusia, bila dibiarkan dan
tidak dihiraukan. Jadi merasa tidak enak perasaan. Apalagi bila kita mengirim surat kepada orang
terkasih kemudian tidak mendapatkan balasan. Menurut bahasa anak muda mah,
dikacangin. Pasti perasaan dan hati kita merasa tidak enak. Akhirnya, tautan hati dan perasaan akan
hilang dengan sendirinya. Hubungan
terputus tanpa sebab yang jelas karena tidak ada balasan atau kabar apapun dari
si dia.
Bila tidak dibakar, surat-surat yang dikirim oleh jin
Siti Kolbuniyah tersebut pasti makin menumpuk. Tapi, sebelum dibakar
surat tersebut semua dibaca terlebih dahulu.
Karena dikhawatirkan ada ancaman tertulis yang mengancam jiwa saya
dan keluarga saya. Namun, kalaupun
memang ada ancaman, tidak takut sedikitpun.
Saya tidak akan mundur sejengkal pun,karena hati saya sudah sekeras batu
bahwa Allah akan melindungi umat-Nya. Makin tebal keimanan kita terhadap
Allah SWT, maka sesulit apapun ujian dan cobaan pasti akan terasa ringan karena
keyakinan akan adanya pertolongan Allah SWT.
Dari sekian banyak surat-surat yang dikirim oleh jin
Siti Kolbuniyah, hampir semuanya berisi kalimat yang jorok (jorang, cawokah)
dan porno. Orang yang membacanya pasti akan merasa malu sendiri. Apalagi diri saya yang tidak pernah berbicara
jorok atau porno. Kata-kata yang
tersusun dalam surat -surat jin Siti Kolbuniyah tidak hanya membuat pembacanya
malu sendiri. Saking kasar, jorok dan porno kalimat-kalimat dalam
suratnya. Membuat bulu kuduk kita berdiri. Merinding, sekaligus membuat mual, kesal dan
ingin muntah.
Audzubillah min dzalik.,betapa jorok dan pornonya,
kata-kata jin tersebut. Pokoknya tidak akan keluar dari mulut manusia
baik-baik. Jin tersebut berani menggunakan kalimat sisindiran (pantun yang
mengandung ironi) dengan bahasa Sunda “eceng gondok dina panto, toroktok ole-olean”.
JIn tersebut menuliskan sisindiran tersebut dengan arti atau maksudnya yaitu:
“Hayang …. jeung nu donto, nu montok hayang …
Ternyata jin Siti Kolbuniyah itu menulis surat sampai
bertumpuk-tumpuk, dia mempunyai rasa asmara. Menuliskan perasaan jiwanya,
kalau sedang jatuh cinta. Lima tahun
merasa kesepian karena menjanda ditinggal kekasih hati. Malahan dalam
surat terakhir, jin Siti Kolbuniyah menyatakan rasa cintanya kepada saya, dia
meminta saya untuk menikahinya.
Sepertinya menurut persangkaannya dengan bahasa jin,
dia menuliskan perasaan cintanya kepada saya dengan bahasa pujangga. Penuh puja
puji, penuh kata cumbu rayu, membuat hati yang membaca akan berpaut pada
dirinya. Tapi,disebabkan tatabahasa yang dipakai adalah tatabahasa jin,
seolah saya juga sebangsa jin seperti didirnya.
Membuat saya malah jadi pingin muntah karena jijik dengan kata=katanya
yang super jorok alias super porno. Dia merayu, menyebut saya dengan
sebutan habibi (kekasihku) kadang
menyebut saya ustadz.
Dalam surat rayuannya, jin itu menyebutkan bagian
tubuh yang paling dirahasiakan untuk kita kalangan manusia. Dia menyebutkan
dengan lengkap sifat dan ciri bagian tubuh dirinya. Dia menyebutkan
kecantikan dan keelokan tubuhnya. Disebutkan misalnya, rambutnya sangat
panjang. Kalau kita manusia,
paling-paling menyebutkan sifat bulu mata yang lentik, alisnya hitam
tebal. Ternyata di dunia perpujanggan dan persastraan jin, semua
perbuluan disebutkan dengan jelas dan tegas. Malah yang bikin jijk, kalau kita
manusia menutup-nutupi bagian yang paling intim. Dalam dunia mereka diceritakan dengan nyata.
Jin itu menyatakan, “Bila habibi, penasaran dengan apa yang ada di dalam rok
saya. Saya persembahkan semuanya untuk habibi. Ana akan terangkan dengan sejelas
mungkin. Maka dari itu kawinilah Ana
segera, wahai habibi!” (BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment