Tuesday, November 19, 2019

Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 6)

Oleh: HASBA


Jadi ada tiga orang yang mengatakan melihat seorang perempuan memakai rok putih panjang. Iko keponakan saya, Neneknya anak-anak dan Ma Ecoh paraji dari Babakan Cau. Malam itu, praktis tak seorang pun matanya terpejam. Tidak ada yang mengantuk, karena diliputi rasa takut. Mau berpisah, mereka tidak berani. Tak diberi kesempatan sedikitpun, bergerak sedikit saja, langsung disambut taburan tanah merah. 

Akhirnya, seperti ikan yang terperangkap. Bisa masuk tidak bisa keluar. Semalam serasa setahun. Saat pagi tiba, matahari mulai bersinar. Semua mengucap Alhamdulillah. Mereka menyangka, kalau siang hari tidak mungkin ada gangguan setan yang menaburkan tanah merah seperti  dialami semalaman.

Tepi ternyata… saat suara ayam jago ramai berkokok menyambut pagi. Tanda siang menjelang, hidung semua yang masih di dalam rumah. Mencium bau tidak sedap. Serentak semua menutup hidung rapat-rapat. Saking rapatnya, mulut mereka malah terbuka, karena pengap. Tidak sedikit, membuat mereka meludah berulang-ulang.

Mata masih sayu, tanda mengantuk sebab tidak tidur sekejap pun. Tubuh terasa lemas, letih, lesu tidak terhingga. Kelaparan karena semalaman tidak ada yang memberikan sekedar air untuk minum. Apa yang akan dimakan? Jangankan memikirkan makanan, melihat nasi tumpeng yang diacak-acak dan diporakporandakan, diletakan di sepanjang jalan dari dapu ke rumah. Mending kalau utuh, sebagian besar nasi tumpeng itu hilang. Entah siapa yang menyantap.

Tapi, siapa yang menyantapnya? Mencium bau tidak sedap apakah sehingga semua orang menutup hidung, bahkan ada yang sampai meludah saking baunya? Ternyata, ada ratunya ratu bau, sehingga membuat mual tak terbayangkan. Lebih bau dari kentut manapun yang pernah tercium. Kentut sigung mungkin masih mending.

Tadi malam semua mabuk pangle yang disemburin Mak Ecoh ke semua penjuru rumah, sampai pengap tak bisa bernafas. Ternyata efeknya bukan mengusir setan, malah manusia yang terkena dampaknya. Buktinya, si setan malah main akrobat di dapur menerbangkan dan memutarkan semua peralatan di dapur. Juga, sepertinya nasi tumpeng yang hilang sebagian pasti dimakan oleh mereka. Tambahan lagi, menaburkan tanah merah ke dalam rumah semalaman 

Pagi-pagi sudah tercium bau raja baunya, lebih busuk dari bau kotoran manusia. Apakah setan juga bisa BAB gitu? Kata salah seorang yang ngomong sembrono, yang tidak kuat oleh bau yang amat sangat menyengat tersebut. Bau yang memenuhi seluruh ruangan rumah. Walaupun letih, karena tidak tidur semalaman dan perut belum terisi makanan apapun. Terpaksa saya bangkit, karena hidung sudah tidak kuat oleh bau busuk yang baunya lebih busuk dari yang terbusuk yang pernah ada.

Saya juga yang pertama melihat, penyebab bau yang teramat bau tersebut. Semua menyangka itu adalah bau kotoran manusia, ada juga yang menyangka bau bangkai. 

"Ngalau mukan nahinya, nahi, masti nahinya mangkai!" Kata Ma Ecoh, suaranya jadi sengau karena jari jemarinya menutup rapat-rapat hidungnya.

Kepala tengadah, mencari arah sumber raja dari segala raja bau tersebut. Ternyata sepertinya benar, arah datangnya bau tersebut dari atap rumah. Saya, menyangka bau itu berasal dari bangkai yang sudah teramat busuk. Sewaktu akan diselidiki, terlihat atap yang terbuat dari anyaman bambu itu seperti tertekan ke bawah dan seperti basah.

Saya mendekati atap para tersebut. Ternyata bukan hanya basah, tapi atap anyaman bambu tersebut sudah basah kuyup. Malah sebagian airnya ada yang menetes cukup deras, tak berhenti jatuh di atas lantai bambu. Nah, ternyata sumber raja bau dari segala rajanya bau tersebut adalah air yang menetes dari atap rumah!

Tapi air apa? Sampai baunya, melebih bau dari segala bau? Seorang santri diminta mengambil tangga bambu. Basahnya atap rumah oleh air misterius yang super bau terlihat sudah sangat lebar. Bahkan, menetes di beberapa tempat cukup deras.

Saat, saya dan orang-orang naik ke atas melalui lubang atap. Ya Allah, semua bergidik, jijik dan mual mendadak. Semua hampir muntah bersamaan!

Ternyata, di atas atap yang basah tadi. Tampak seonggok besar tahi seperti kotoran manusia. Tapi, yang ini jauh lebih besar dari gundukan sarang rayap atau semut yang biasa ditemukan di hutan. Bahkan, jauh lebih besar. Melebar sampai diameternya sebesar tampah besar! Warnanya hijau, seperti tahi sapi. Bentuknya seperti kotoran kalau kita sedang mencret-menret. 

Diantara kotoran encer tersebut tampak gumpalan-gumpang lebih pada sebesar kepala kuda. Mengapa ada kotoran segede itu dan teramat sangat banyak? Lagian, siapa orangnya yang buang air besar di atap rumah? Hidung saya dan orang-orang sudah imun. Sehingga sudah kebal dan tidak merasakan bau lagi saking lamanya mencium bau tersebut. Terbiasa mungkin. Baunya sudah tidak terasa begitu bau. 

Apakah kotoran sebesar dan sebanyak itu, berasal dari satu jin atau banyak jin? Tapi, kalau dari beberapa jin, tidak mungkin. Karena rupa dan warnanya sama.

Saya buru-buru, menyuruh orang-orang agar membuka genting. Supaya bau yang lebih bau dari segala bau itu, gasnya bisa terbuang ke udara. Semua korpe, gotong royong membuka genting. Agar baunya terbawa angin, tidak berputar di dalam rumah.. Lalu langsung meminta orang-orang agar kotoran misterius itu dibersihkan sebisanya. 

Otak saya berpikir tidak berhenti: " Baru satu Jin, tahinya aja sebesar tampah. Padahal jinnya perempuan, lagi pula konon seorang Puteri. Apalagi, kalau jinnya banyakan! Apalagi bila  jinnya laki-laki yang lebih banyak makannya! Ini mah jin dan seorang Puteri pula, gede tahinya segitu dahsyatnya! (BERSAMBUNG)

No comments:

Post a Comment