Oleh : HASBA
“...Tampak di
langit-langit seorang perempuan cantik, berambut panjang dan berpakaian putih
panjang. Duduk santai seperti selonjoran, sambil bernyanyi dan menatap para
santri."
**************************************************************************
Saya pun bangun, lalu duduk. Tapi kenapa jadi tak kuat menahan tangis,
mulut tidak terasa menyebut-nyebut nama Ayahanda beberapa kali.
Memanggil-manggil ayahanda, seolah beliau masih hidup. Kurang lebih seperempat
jam meringis dan menangis, selanjutnya kembali tersadar. Selanjutnya, saya
membaca ayat-ayat suci supaya Ayahanda dilapangkan di alam kuburnya, dipenuhi
rahmat dari Allah SWT. Mata, tidak bisa dipejamkan lagi sampai pagi.
Paman dan Bibi saya dari Sumurkondang dan saudara-saudara dari tempat
jauh atau dari tempat yang dekat, berdatangan menunggui saya sekeluarga. Hasan
si Cikal, belum sembuh juga. Mereka bergantian, menunggui saya sekeluarga. Ikut
menjaga dan ronda bergantian tanpa pamrih sebagai rasa bela sungkawa. Tapi,
meronda dan berjaga-jaga dari apa, dan dari siapa? Walaupu dikerahkan beberapa
batalion dan sekuat apapun pasukan yang dikerahkan untuk berjaga-jaga, pasti
akan sia-sia belaka. Karena, yang dihadapi adalah musuh yang tidak terlihat
oleh mata alias jin.
Hati saya tetap tidak tenang, walaupun begitu ketat dan banyaknya
penjagaan yang dilakukan sanak saudara dan para santri. Malah makin panik,
karena jin tersebut sepertinya makin menjadi-jadi bila yang menunggui atau
menjaga saya sekelurga makin banyak. Jin tersebut makin membuat kesal dan
prustrasi satu pesantren. Cerdas sekali si jin melakukan perang urat saraf.
Bagaimana tidak? Dia mah melihat ke kita, tapi kita sama sekali tidak bisa
melihat wujudnya. Misalnya, dia melakukan kejahilan mempermainkan saya dan kita
seperti berikut.
Bila sanak saudara ramai sedang ramai berkumpul sedang menjaga dan
menemani saya atau sedang pengajian atau bermusyawarah di pesantren. Tiba-tiba,
entah dari mana datangnya. Ujug-ujug muncul seekor tikus ke tengah-tengah
orang-orang yang sedang berkumpul. Tidak siang, tidak malam tikus itu muncul
bila orang-orang sedang berkumpul. Tentu saja hal itu memuat panik di kalangan
kaum wanita, mereka berlarian menjerit-jerit, kegelian sambil berteriak
histeris.
Tubuh orang-orang di sana bergidik kegelian, takut sekaligus jijik.
Bila terlihat orang-orang ketakutan, dan panik seperti itu. Si tikus jin, malah
makin menggila kelakuannya. Dikejar-kejar dan diusir bukannya kabur malah
seperti sengaja pamer kekuatan. Saat dikejar dan dikepung, si tikus malah
melompat ke atas betis orang yang ketakutan. Lari turun naik dari betis ke
paha, dari paha turun lagi ke betis. Tentu saja, perempuan yang dijahilinya.
Makin panik dan makin menggila rasa geli dan takut. Menjerit, sambil mengangkat
kain panjang yang dikenakan. Setelah puas, tikus itu melompat ke kaki-kaki lain
yang ketakutan atau kegelian. Suasana jadi kacau balau , takut, panik, suarat
jeritan dan suara tawa tertahan bersatu dalam kehirukpikukan tersebut.
Seorang pemberani yang tidak takut dengan tikus, dengan gagah berani,
mengejar-ngejar tikus tersebut. Kemudian, memukul tikus itu dengan tongkat
rotan bekas gagang sapu ijuk. Orang-orang pun serempak melingkar siap memukuli
tikus itu sampai mampus. Tiba-tiba tikus yang dipukul itu yang asalnya segede
cecurut. Merubah wujudnya menjadi sebesar anjing hutan, sambil menggeram kepada
orang-orang yang mengepung dan siap menghajarnya. Tentu, saja melihat tikus
segede anjing hutan dan menggeram. Semua bubar, berlarian ke sana kemari, laki
perempuan semua berlari bahkan ada yang melompat-lompat sambil menjerit atau
berteriak-teriak ketakutan atau kegelian.
Akhirnya setelah mengetahui bahwa bila dipukul tikus itu akan berubah
menjadi sebesar anjing hutan. Tidak ada yang berani lagi memukul tikus, bila
muncul dalam keramaian atau ketika sedang pengajian. Semua seperti dikomando,
hanya berdiam diri, menyaksikan si tikus beraksi sendiri di tengah-tengah orang
yang berkumpul sambil bersila. Semua maklum, tidak akan terbayangkan bila tikus
itu dipukul. Kemudian mati, dipastikan ajang balas dendam si jin akan
menjadi-jadi seperti dibunuhnya ular hitam. Ditakutkan, tikus yang muncul
adalah tikus jelmaan jin. Bagi tikus asli tikus, ketakutan orang untuk tidak
membunuh tikus menjadikan tikus asli aman dari gangguan manusia. Akhirnya
populasi tikus meningkat dan merusak semua yang ada. Jangankan padi yang
tersimpan di gudang, bantal, guling, kasur, bahkan pakaian bekas semua habis
oleh tikus asli. Keadaan menjadi tambah keruh!
Akhirnya, karena kemunculan wujudnya dalam bentuk tikus tidak lagi
dihiraukan alias dicuekin. Muncul lagi satu keanehan lain, yang membuat semua
orang menahan tawa sekaligus ketakutan. Misalnya, bila orang-orang sedang
berkumpul dala pengajian atau bermusyawarah. Dari pintu atau jendela yang
terbuka atau dari lubang langit-langit yang bolong. Seringkali, tiba-tiba
muncul sebuah lengan, yang tidak hanya panjang tapi juga besar. Kulitnya sangat
hitam dipenuhi rambut-rambut hitam tebal sangat kasar. Telapak tangannya
sebesar tampah besar, jari-jarinya sebesar pisang galek. Kuku-kukunya sangat
tajam juga hita, seperti kuku macan siap menerkam. Tangan itu seperti bersiap
meraup dan meremas tubuh orang-orang yang ada di sana. Jari jemari-jemari yang
berkuku hitam seperti cakar mengerikan, dimainkan seperti manusia sedang
bermain gelitik terhadap seorang bayi. Mungkin kita ingat, kalau mengajak main
bayi, jari-jari kita suka dimainkan di atas tubuh bayi, seperti akan menerkam
sambil berkata: “rauk-rauk jabang bayi, dimana si julang ngapak eunteupna. Di
dieueueu...!” sambil jemari kita menggelitik badan si bayi. Yang akan merespon
dengan tertawa renyah kegelian.
Siapa orangnya yang tidak takut, dengan tangan panjang besar hitam dan
berambut kasar seperti kawat dengan kuku bercakar hitam seperti macan. Siap
menerkam, mencengkeram tubuh orang-orang yang hadir di sana. Mungkin pada saat
menggelitik perut atau dada bayi, jemari tangan kita mendarat halus dan pelan
saja. Tidak terbayangkan bila tangan jin itu, mendarat di dada atau perut manusia.
Dipastikan tubuhnya akan remuk redam, mungkin tiga orang saja digenggam dan
diremukan oleh tangan tersebut bukan perkara yang sulit, saking besarnya tangan
dengan jari jemari bercakar mengerikan itu!
Kadang kala kejadian yang tidak disangka-sangk, jin tersebut
menampakkan dirinya dalam wujud nyata! Bila para santri sedang libur mengaji di
malam Jum’at. Para santri sering bermain dan bersenda gurau menghibur diri di
dalam kobong (pondok asrama). Ada yang bercanda, ada yang mengobrol, ada yang
bernyanyi, ada yang main musik dengan mulut (mungkin sekarang musik akapela)
dan permainan lainnya yang membuat suasana di pondok menjadi ramai. Tiba-tiba
dari langit-langit kobong, terdengar keras suara gitar dengan lagu yang merdu.
Semua serentak melihat ke langit-langit, semua terdiam, sunyi, mendadak
membisu. Terdengar hanya suara denting senar gitar yang dimainkan sangat mahir
dengan nyanyian suara merdu seorang perempuan.
Seperti dikomando, para santri mendongak. Tampak di langit-langit
seorang perempuan cantik, berambut panjang dan berpakaian putih panjang. Duduk
santai seperti selonjoran, sambil bernyanyi dan menatap para santri. Tubuh para
santri mendadak jadi membeku, nafas mereka tertahan, dibarengi bulu kuduk yang
berdiri, mereka menggigil ketakutan. Semua tidak ada yang berani, menatap lama
ke atas langit-langit. Semenjak kejadian itu, bila terdengar suara denting
senar gitar dan suara perempuan yang bernyanyi. Para santri tidak pernah lagi
melihat ke atas langit-langit. Para santri tidak menghiraukannya, mereka asyik
dengan teman-temannya saja. Terdengarnya denting suara gitar dan nyanyian merdu
tidak lagi menjadi barang yang ditakuti. Yang penting tidak mendongak ke atas.
Bila malam tiba sangat pantas bila semua jendela tertutup, tapi bila
siang semua jendela tertutup padahal ada penghuninya. Tentu menjadi hal yang
tidak lumrah. Tapi, di rumah saya, terpaksa hal itu dilakukan. Siang malam
jendela tertutup rapat. Jadi selamanya harus gelap. Makanya suasana benar-benar
jadi seperti rumah hantu atau rumah yang memang berhantu. (BERSAMBUNG).
DESSULAEMAN
ilustrasi gambar dari Google
No comments:
Post a Comment