Tuesday, November 12, 2019

Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 2)

Kisah nyata mengamuknya Jin Islam di Keresek yang diceritakan oleh K.H. Hasan Basry (Almarhum) yang merupakan anak kandung dari K.H. Busro Karim (Almarhum) pelaku utama dalam kisah nyata ini. Tulisan asli, diketik manual dalam bahasa Sunda buhun di atas kertas tipis, sayangnya hilang diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Untunglah, kisah nyata ini sempat dibukukan, walaupun dalam bentuk dan ukuran yang sangat sederhana. 
Mengingat dokumen ini sangat penting, sebagai bukti adanya mahluk gaib seperti tercantum dalam Al Qur'an dimana sebagai muslim kita wajib untuk mempercayainya. Juga agar bisa dibaca oleh orang banyak, yang mungkin tidak mengerti bahasa Sunda. Saya mencoba mengetik ulang dan menterjemahkan kisah nyata "Jin Islam di Keresek" ini dengan mengadaptasi bahasa dan kondisi sehingga dapat mengikat makna yang seharusnya. 
Dipastikan jauh dari harapan, transliterasi yang dilakukan mengingat bahasa yang dipergunakan dalam naskah bahasa Sunda dengan gaya bahasa yang tinggi. Sehingga, sulit untuk mendapatkan transliterasi yang diharapkan. 
12.11.2019
Awal Bencana
Oleh : HASBA
Kejadiantahun 1939 sampai dengan tahun 1994, dimulai pada malam Kamis, tangga 12 Dzulhijjah 1259.


Keresek terletak di daerah Cibatu, Kabupaten Garut. Siapapun pasti tidak akan tidak tahu dengan Cibatu, sebuah stasiun Kereta Api antara Bandung-Tasikmalaya, persimpangan ke Garut dari Cibatu. Dari stasiun Cibatu lurus ke arah timur sampai pertigaan Kantor Pos. Arah ke Utara melintasi rel kereta api, sampai pasar Cibatu belok ke arah timur. Tampak lagi sebuah pertigaan. Nah, dari pertigaan itu yang ke arah Utara menuju Limbangan. Arah lurus ke Timur, adalah menuju Keresek yang selanjutnya menuju Warung Bandrek dan bertemu dengan jalan propinsi ke Tasikmalaya.

Perlu diketahui, bahwa Keresek adalah sebuah pesantren terkenal di daerah Garut. Menjadi tempat tujuan menuntut ilmu santri dari berbagai tempat yang dekat maupun yang jauh. Jumlah santrinya mencapai ratusan. Mungkin bila alat perekam atau hape sudah meruyak seperti sekarang. Mungkin sekarang saya tidak akan bercerita panjang lebar dengan mengetik cerita lama masa itu, menghabiskan tinta dan kertas. Cukup dengan menekan tombol play pada layar handphone atau tombol play di Chanel YouTube para pembaca tidak usah membaca seperti sekarang. Bahkan, mungkin hanya mendengarkan suara yang diformat MP3 atau MP4 sudah lebih dari cukup. Juga sangat membahagiakan karena suara yang terdengar waktu itu amat sangat merdu. Tidak cukup sekali dua kali mendengarkan suara jin yang membaca ayat suci Al Quran. Suara yang khas dan merdu dengan  qiro'at yang baik, bagus makhrojnya, tepat siddah, panjang pendek bacaannya, idhar idghamnya, apalagi ihfanya. Suasana hati yang mendengarkan seperti terkena buluh perindu, akan terus merindu untuk kembali mendengar suaranya.


Suatu waktu, disaksikan oleh ratusan orang bagaimana merdunya suara "Nyai Siti Qolbuniyyah" yaitu nama jin Islam perempuan tersebut.  Sewaktu khatib selesai turun dari mimbar selepas khutbah Idul Adha. Terdengar lantuna ayat suci Al Quran yang melantunkan Surat Yusuf, terdengar seperti amat dekat dengan telinga. Apatah kehalusan dan beningnya suara yang mengaji bertambah syahdu dengan makhraj dan tajwid serta lagu yang merdu saat membacakan kalimah suci Al Quran. 

Suara terdengar seperti persis di hadapan semua kaum muslimin dan muslimat yang hadir sholat Idul Adha waktu itu. Tak lama berselang kemudian, suara seperti berpindah ke belakang, refleks tubuh dan kepala semua yang hadir waktu itu membalikan badan ke belakang. Mengejar ke arah datangnya suara.

Tak lama kemudia, suara seperti berpindah ke atap mesjid, kepala hadirin serentak mendongak ke atas. Kepala, mata, telinga dan hati seperti tersihir serempak mengikuti arah datangnya suara. Semua seperti dihipnotis, batin diikat menikmati merdunya suara yang mengaji tanpa wujud tersebut, malahan sepertinya tidak ada rasa takut lagi akan kejadian aneh tersebut. Satu hal yang kejadian nyata tersebut bertambah keanehannya adalah pada stiap ayat yang dibacakan selesai pada tiap akhir surat muncul secarik kertas putih dengan paraf S.K. memakai tinta merah japaron. Apa yang menjadikan aneh kejadian tersebut, initial S.K. dengan aksara latin. Merupakan kependekan dari "Siti Kolbuniyyah." Menyimpan parafnya di atas Al Qur'an dimana para jemaah yang hadir ikut memperhatikan bacaannya. Disaksikan dan dibaca oleh semua yang hadir paraf tersebut. Sayangnya, waktu itu saya belum mempunyai kamera, kalau sudah. Mungkin potretnya bisa ditampilkan di dalam buku ini, yang bila tidak melihat bukti nyata mungkin akan menganggap kisah nyata ini hanya bualan semata. Sekali lagi, saya sangat menyesal tidak dapat memberikan bukti dan fakta yang nyata dapat dilihat oleh mata kepala para pembaca. Mungkin saya tidak akan cape-cape mengetik dan menceritakan ini seperti sekarang, cukup membuka album atau folder di laptop atau di handphone, memperlihatkan kebenaran kisah ini.

Pengalaman yang diceritakan di atas adalah cuplikan yang diambil dari tengah-tengah kejadian, asal mula munculnya keanehan dan gangguan suara jin yang terdengar selesai sholat Idul Adha tersebut adalah sebagai berikut:

Dosa yang saya lakukan rasanya sepele. Suatu hari saya iseng. Ah, bukan iseng juga, siapa orangnya yang tidak akan melakukan apa yang saya lakukan. Bila melihat seekor ular melintas, melata ke dalam rumah, atau ke tempat-tempat yang tidak semestinya yang bukan habitat ular yaitu tempat tinggal manusia. Ular yang melintas dan melata tersebut adalah ular hitam. Karena merasa jijik,dan merasa takut digigit ular tersebut. "Buk!" Ular tersebut saya pukul. Sekali pukul, tepat mengenai kepala ular itu. Tidak heran ular itu langsung mati seketika, dengan kepal pecah. Karena tongkat yang dipakai pemukul adalah besi bekas kaki ranjang. Tidak perlu dipukul dua kali, ular tersebut langsung tidak bergerak. Bangkai ular tersebut dengan tongkat yang sama, diangkat kemudian dibuang jauh ke belakang rumah.

Keesokan harinya, Hasan dan Husen, dua anak lelaki saya bermimpi dengan impian yang sama.
Impiannya seperti sudah disepakati. Mereka bermimpi, melihat mayat lelaki yang terbujur kaku dengan kepala yang dibalut perban putih yang berlumuran darah! Di samping mayat lelaki itu, tampak seorang perempuan cantik, memakai gaun pengantin ala pengantin Eropa. Padahal, katanya itu adalah pakaian pengantin khas puteri Mesir. Rok putih panjang menutupi seluruh tubuhnya. Putih dengan riasan permata yang berkelap-kelip terkena cahaya matahari. Kulit mukanya putih mulus dengan riasan muka yang sangat apik.

Kerudung menutupi sebelah mukanya, sedangkan kerudung yang sebelah lagi dia gunakan untuk melap air mata yang tidak henti mengalir dari matanya. Pipinya yang sedikit tampak tirus, tampak jelas menyiratkan kecantikan tanpa batas, berurai air mata. Matanya jeli dengan alis tebal alami dan lentik bila mata yang menambah kecantikan wajah Puteri itu. Dagunya lancip dengan bibir tipis merah delima alami tanpa pulas buatan. Jari jemarinya yang lentik, sesekali menyusuti air mata yang tidak henti mengalir dari kedua buah matanya. Tubuhnya tampak tinggi langsing berbalut kulit yang kuning langsat, sesekali berguncang menahan tangisannya. Putri itu sesenggukan tidak berhenti. Gaun pengantin putih yang menempel di tubuhnya, menambah rupawan wajah cantik sang putri.

Ternyata, konon putri cantik yang sedang berduka lara itu adalah pengantin baru, dia menangis kematian tragis suaminya, yaitu mayat yang terbujur kaku di hadapannya. Mereka adalah sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Menumpahkan rasa sayang, cinta dan kasih suci mereka berdua. Tidak ingin dipisahkan oleh apapun, bahkan mungkin hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Tuhan berkehendaknlain, sang suami tercinta yang baru menikahi dirinya malah dijemput maut mendahuluinya. Puteri yang cantik jelita itu menundukkan kepala, dengan tangisan menyayat hati tak henti karena harus berpisah dengan kekasih hati. Menangisi kepergian buah hati yang didambakan, saat mereka telah berpadu dalam rindu, bersenyawa dalam jiwa. Mereka malah harus terpisahkan dalam sekejap. (Bersambung).

No comments:

Post a Comment