Thursday, November 28, 2019

Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 10)


oleh: HASBA
Yang paling lucu dan jadi bahan tertawaan semua orang yang melihat dan membuat malu korban kejahilan jin tersebut adalah bila santri yang jadi korban dijadikan alat peraga. Para korban wajahnya dan tubuhnya digambari dilukis dengan arang dari tungku. Mending kalau yang digambari hanya wajah atau bagian tubuh tertentu saja. Yang dilakukan si jin, lebih sadis. Wajah dan tubuh si korban dicat rata dengan arang dari tungku. Termasuk bagian tubuh yang tertutup baju dan celana. Dipulas rata, memakai arang yang sepertinya sudah dicampur dengan minyak kelapa. Sehingga mengkilap dan rata di permukaan kulitnya.
Kadangkala, jin itu mengecat korbannya,berselang-seling dengan kapur putih untuk mengecat, yang didapat entah dari mana. Bila para korban terbangun, hanya tampak matanya berkedip-kedip dan putih giginya yang menyeringai atau kulitnya jadi bergaris-garis hitam dan putih seperti kuda zebra. Karena muka dan tubuhnya jadi hitam legam seperti orang afrika!
Mending, kalau wajah dan tubuhnya dicat hanya menggunakan arang. Si Jin kadang lebih sadis lagi melukisnya, bila kekurangan arang. Tidak segan dia mengganti arang, dengan tahi ayam hitam (tai kotok medok) terutama dilukiskan di bawah hidung si korban. Bisa dibayangkan bagaimana rupa si korban, saat dia menyadari jadi korban si jin. Antara kesal, takut dan malu, serta ingin ketawa karena tubuhnya jadi hitam legam seperti orang afrika. Tidak heran, bila melihat si korban jadi nyengir. Semua yang melihat jadi tertawa, karena hanya gigi putihnya yang tampak dengan putih matanya yang melotot yang menahan rasa kesal,
Ada yang lebih mengerikan dan membikin hati ketar-ketir, yaitu bila si jin memindah-mindahkan orang yang sedang tidur. Baik anak-anak ataupun orang tua (zaman dahulu, santri itu banyak yang sudah dewasa), anak bangsawan atau bukan. Semua merasa tidak aman. Saat tidur sendiri atau berdua dipastikan jadi korban kejahilan si jin.
Tidak terlalau parah, kalau hanya wajah dan tubuh dicat dengan arang menjadi seperti zebra. Si jin dengan sadisnya, memindahkan dan meletakkan tubuh orang yang sedang tidur di atas kawat telepon! Coba aja pikir, seberapa besar yang namanya kawat telepon, tapi bisa dipake tidur sambil telentang. Tambahan si korban tersebut malah tertidur sambil ngorok sampai pagi. Bila terbangun, kemuadian si korban merasa kaget, dipastikan akan terjatuh dari ketinggian 4 meter. Demi keselamatan, bila terjadi hal yang seperti itu. Si korban cepat-cepat ditolong, dibangunkan diturunkan dengan menggunakan meja yang disusun.
Suatu waktu, seorang teman yang bernama Candrahayat menceritakan pengalaman keponakannya sewaktu mesantren di Keresek. Pengalaman keponakannya yang belum pernah diceritakan kepada siapapun, kecuali kepada saya. Keponakannya bercerita, bahwa dia menjadi korban kejahilan jin yang membuat dirinya tertawa sendiri.
Masih lumayan, teman-temannya hanya dicat tubuh dan wajahnya dengan arang hitam yang dicampur minyak atau kapur. Keponakannya, pernah dibuat tertawa sendiri sampai terpingkal-pingkal, atas apa yang dilakukan si jin kepada dirinya. Tambahan lagi kejahilan si jin itu terjadi di siang hari bolong.
Ceritanya, keponakan Candrahayat tertidur di mesjid sesudah melaksanakan sholat Dzhuhur (kelelahan karena semalaman menjaga saya). Memasuki waktu sholat Asyar, dia terbangun. Begitu mata terbuka, dia langsung tertawa terbahak-bahak. Bila ada orang lain, pasti akan kaget melihat orang yang bangun dari tidur langsung tertawa terbahak-bahak. Untunglah di mesjid siang itu hanya dia sendirian. Sambil terus tertawa, dia berlari tergesa-gesa menuju kamar mandi, malah mencuci segalanya yang dipake tidur di mesjid waktu itu. Sebenarnya apa yang terjadi?
Ceritanya, sewaktu tertidur keponakan Candrahayat bermimpi. Dia bermimpi didekati raja kodok, yang besarnya lebih besar dari kodok yang pernah dilihat. Kantung biji peler, Si “pemukul bedug” miliknya dalam mimpi, dijadiin seolah-olah menjadi sebuah rebana raksasa. Kemudian, oleh si raja kodok rebana tersebut dipukul di hadapannya. Terdengar suaranya sangat nge-bass.
Mungkin karena ukuran kulit rebananya yang sangat besar. “Bum, bum, bum...!” Suaranya lebih keras daripada bunyi suara bedug yang besar. Alasannya, pertama karena rebana itu diameternya besar, yang kedua pemukulnya juga sangat besar dan berbulu. Si “Pemukul” juga, direka-reka menjadi seperti kepala kodok, dilengkapi dengan gambar mata, mulut dan telinga. Asyik sekali dia menantap pemukul rebana besar tersebut.
Sedang asyik melihat “pemukul” yang menabuh rebana raksasa tersebut, matanya terbuka. Perasaanya masih dalam mimpi, saat dia sedang asyik dan khusu melihat pemukul rebana. Tapi, saat dia tersadar sepenuhnya dari mimpi. Dia terkaget-kaget lalu tertawa ngikik sendiri, karena pemukul rebana yang berwarna hitam yang memuluk rebana raksasa masih terlihat. Bukan dalam mimpi. Dia amati baik-baik pemukul yang digambari serupa wajah kodok, diwarnai arang hitam dan gambar mata, mulut, dan telinga memakai kapur putih itu. Ternyata, (maaf) kemaluannya sendiri. Anehnya, kemaluannya itu sedang asyik bergerak sendiri, memukuli kulit buah zakarnya yang dalam mimpi adalah rebana raksasa tersebut!
Maka dari itulah, kejadian yang dceritakan keponakannya kepada Candrahayat, tidak pernah diceritakan lagi kepada orang lain. Maklum, aib dan rasa malunya tidak bisa digambarkan. Sehingga dia harus cepat-cepat mandi membersihkan “pemukul” yang menjadi hitam dengan “rebana” putih karena dicat kapur. Cepat-cepat mencuci sarung, karena sarung yang dimilikinya hanya satu yang dikenakannya penuh dengan arang hitam bercampur minyak kelapa. Semenjak kejadian itu, keponakannya selalu memakai celana dobel.
Kejahilan si jin, tidak hanya kepada orang-orang yang berada di dalam rumah saya atau di dalam mesjid, tapi juga semua santri di kobong-kobong menjadi korbannya. Setiap malam, selalu ada korban yang dipindahkan badannya ke tempat yang tidak semestinya. Ada yang dipindahkan di atas pinggir bak (penampung) air yang kiri kanannya air. Bukan hal aneh, saat dia terbangun tengah malam atau ngelindur, dterjebur ke dalam air yang dingin.
Tidak hanya kepada yang lagi tertidur, tetapi juga kepada orang yang sedang sholat juga menjadi sasaran jin terebut. Barang siapa yang sholat mumfarid (sendiri), atau yang mendahului atau yang ketinggalan berjamaah dipastikan jadi korban jin itu. (BERSAMBUNG).
DESSULAEMAN

No comments:

Post a Comment